Monday, December 12, 2011

atuk. (4/9/1939 - 6/12/2011)

memang. sudah agak lama atuk terlantar. kondisinya turun naik.
tapi, yang satu hari itu, nafasnya tidak rata.
tangannya bengkak. mukanya memerah. sungguh, penuh garis perit pada wajah itu.

Selasa, 6/12/11
suram. muram. kelam.
mendung kelabu. seolah2 alam turut bermuram.
aku masih ingat pada wajah tenang itu.
wajah yang dulu, pernah aku jenguk pada saat dia terlantar.
wajah yang dulu, pernah aku lihat cuma pandang ke atas ke bawah.
wajah yang dulu, pernah aku tampak ada titis-titis jernih yang aku hapus.

tangan.
tangan yang beberapa ketika sebelum itu kaku.
merah. bengkak. layu.
tangan yang dulunya menyapu ubun-ubun aku kala aku sakit.
tangan yang dulu menadah ke langit mohon aku cepat sembuh.
tangan yang dulu hulur aku beberapa not berwarna merah, hijau tanda hadiah.

tiada lagi sosok tubuh yang lazim aku lihat setia di buaian membuai Hadi.
tiada lagi sosok tubuh yang lazim aku lihat duduk di sudut, menelaah kitabnya.
tiada lagi sosok tubuh yang lazim aku lihat menghirup secawan teh-mug-besar kesukaannya.
tiada lagi..
tiada lagi tangan kasar yang dapat aku kucup.
di tangan kasar itu, atuk meraup mudanya, dan menggenggam tuanya.

Langit Ke Tujuh
Pohon aku hendaknya Yang Maha Esa
merahmati atuk, menempatkan rohnya bersama orang-orang yang beriman
amin.

Al - Fatihah